Laman

Jumat, 28 September 2012

Penduduk, Angkatan Kerja, Pendidikan dan Kesehatan Kabupaten Wakatobi

30 persen dari total belanja daerah Wakatobi digunakan untuk belanja pegawai. Jumlah penduduk Kabupaten Wakatobi meningkat dari 101 ribu jiwa pada tahun 2008, menjadi 103 ribu jiwa pada tahun 2009. Secara mate-matis penduduk naik 1,92 persen pada tahun 2009. Meningkatnya jumlah penduduk berdampak pada tingkat kepadatan penduduk. Tingkat kepadatan penduduk meningkat dari 123 jiwa/km2, menjadi 126 jiwa/km2. Jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk laki-laki. Hal ini ditunjukkan oleh sex ratio yang nilainya 94. Pada tahun 2009, untuk setiap 100 penduduk perempuan terdapat 94 penduduk laki-laki. Atau penduduk perempuan 6 persen lebih banyak dari penduduk laki-laki. Rasio Penduduk usia muda (<15 tahun) di Wakatobi yang merupakan ciri penduduk “muda” masih menunjukan persentase yang tinggi, mencapai 41,05 persen pada tahun 2009. Lebih lanjut, angka beban tanggungan tahun 2009 sebesar 88 persen, menunjukan perbandingan banyaknya orang yang tidak produktif (umur dibawah 15 tahun dan 65 tahun ke atas) dengan banyaknya orang yang termasuk produktif secara ekonomi (15 – 64 tahun). Artinya, setiap 100 orang produktif menanggung 89 orang tidak produktif. Struktur penduduk Kabupaten Wakatobi masih berbentuk piramida. Yang menarik adalah jumlah penduduk usia 0-4 tahun lebih rendah dibandingkan penduduk usia 5-9 tahun.Hal ini menunjukan semakin menurunnya jumlah kelahiran, disertai lambatnya tingkat kematian pada usia tua.
Tari Kenta-Kenta Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi
Jumlah penduduk pulau Wangi-Wangi lebih banyak dibanding penduduk gabungan 3 pulau Kaledupa, Tomia, dan Binongko. Angkatan kerja di Wakatobi terus menunjukan peningkatan setiap tahunnya. Hingga tahun 2009, tingkat partisipasi angkatan kerja mencapai 71,02 persen. Hal ini berarti setiap 100 penduduk usia 15 tahun keatas terdapat 71 orang diantaranya terkategori angkatan kerja. Dapat dikatakan pula bahwa sekitar 71 persen penduduk usia kerja aktif dalam kegiatan ekonomi. Pasar tenaga kerja Wakatobi menunjukan peningkatan selama periode 2007-2009 yang ditandai dengan tingginya angka kesempatan kerja. Pada tahun 2007, tingkat kesempatan kerja sebesar 89,24 persen. Di tahun 2009, TKK telah mencapai 93,24 persen. Hal ini berarti bahwa dari 100 orang angkatan kerja, rata-rata 93 orang sudah bekerja.
Permainan Rakyat Hekansalu dan Edaroji Tindoi Wangi-wangi Kabupaten Wakatobi

Hasil Podes mencatat sebanyak 72 dari 100 desa di Wakatobi, memiliki penduduk yang menjadi Tenaga Kerja Indonesia. Tingkat pengangguran relatif turun dalam beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2007, tingkat pengangguran sebesar 10,76 pesen. Persentase ini mengalami penurunan sampai sebesar 6,76 persen di tahun 2009. Hal ini berarti setiap 100 angkatan kerja, rata-rata 7 orang belum bekerja. Penurunan tingkat pengangguran menunjukan semakin banyaknya angkatan kerja yang terserap dalam dunia kerja. Pengangguran terdidik menggambarkan ketersediaan lapangan kerja bagi para tenaga kerja terdidik. Pada tahun 2009, tingkat pengangguran terdidik sebesar 13,86 persen. Hal ini berarti dari 100 orang yang berpendidikan SMA keatas, rata-rata sekitar 14 orang yang sedang mencari kerja.
Upacara Hari Ulang Tahun Pramuka Tahun 2012 di Lapangan Merdeka Wakatobi.

Sebanyak 39 persen pengangguran berpendidikan SMA. Ketidakmampuan ekonomi menyebabkan mereka tidak melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi Sebagian besar pekerja di Wakatobi bekerja di sektor primer (pertanian) mencapai 57,58 persen. Lain halnya dengan sektor sekunder, hanya 9,22 persen penduduk yang bekerja di sektor ini (penggalian, industri, energi, dan konstruksi). Pada sektor tersier, tenaga kerjanya mencapai 33,32 persen dari total angkatan kerja. Keterlibatan perempuan dalam setiap sektor juga bervariasi. 61 dari 100 pekerja perempuan adalah pekerja primer. Sedangkan laki-laki, 35 dari 100 pekerja bekerja di sektor tersier. Rata-rata setiap pekerja bekerja selama 34 jam seminggu. Hal ini mencerminkan produktifitas pekerja. Penduduk yang bekerja <35 jam seminggu dikategorikan setengah menganggur. Berdasarkan klasifikasi itu, separuh pekerja terkategori setengah pengangguran. Berdasarkan gender, rata-rata 43 dari 100 pekerja laki-laki merupakan setengah menganggur, serta 59 dari 100 pekerja perempuan juga merupakan setengah penganggur.
 Tari Silat Tindoi Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi
Sebanyak 1 dari 4 orang tenaga kerja di Wakatobi merupakan pekerja keluarga. Berdasarkan jenis pekerjaan, sebagian besar tenaga kerja bekerja sebagai tenaga usaha pertanian mencapai 55,67 persen. Hal ini erat kaitannya dengan tingkat pendidikan tenaga kerja yang rendah (SD kebawah) mencapai 60 persen. Demikian halnya dengan tenaga kerja sebagai tenaga professional, tenaga kepemimpinan, serta pejabat pelaksana dan Tata usaha mencapai 11,11 persen. Hal ini juga erat kaitannya dengan tenaga kerja dengan pendidikan tinggi (SMA keatas) sebanyak 21 persen. Proses kegiatan belajar mengajar dapat berlangsung apabila tersedia komponen sekolah, murid dan tenaga pengajar. Pada tahun 2009, terdapat 212 unit sekolah, 1.413 orang guru, serta 26.684 siswa di Kab. Wakatobi. Angka ini secara kuantitas mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya. Tingkat ketercukupan tenaga pengajar di suatu sekolah dapat dilihat melalui indikator rasio murid guru. Rasio Murid-Guru memperlihatkan beban guru, yaitu rata-rata banyaknya siswa yang berada di bawah pengawasan seorang guru. Rasio murid guru tahun 2008 sebesar 19,43. Angka ini menurun menjadi 18,88 ditahun 2009.
Pengunjung dalam rangka Sail Morotai di Kabupaten Wakatobi

Pada usia 7-15 tahun, APS perempuan lebih dibanding laki-laki. Sebaliknya pada usia 16-18 tahun, APS laki-laki lebih tinggi dibanding perempuan Keikutsertaan penduduk usia sekolah untuk bersekolah yang ditunjukan dengan angka partisipasi sekolah menurut kelompok umur terus mengalami peningkatan. Pada usia 7 tahun, hanya rata-rata 3 dari 100 orang penduduk usia sekolah sedang bersekolah. Pada usia 13-15 tahun, rata-rata 89 dari 100 orang penduduk usia sekolah sedang tidak sekolah. Jika dihubungkan dengan program wajib belajar 9 tahun, maka dapat dikatakan bahwa sebagian besar penduduk usia sekolah telah menyelesaikan program tersebut. Berdasarkan kelompok umur, terlihat bahwa semakin ke bawah, persentase penduduk usia sekolah yang bersekolah semakin berkurang. Pada usia 16-18 tahun, rata-rata 1 dari 4 penduduk usia sekolah sedang tidak sekolah. Namun, ini lebih baik tahun sebelumnya. Dengan rata-rata 2 dari 4 penduduk usia sekolah sedang tidak sekolah. Derajat pendidikan yang ditunjukan oleh kemampuan baca tulis menyisakan fakta yang perlu ditindaklanjuti. Sebanyak 90,53 persen penduduk di atas 10 tahun mampu baca tulis. Masih ada sekitar 9,47 persen penduduk Wakatobi buta huruf. Menurut jender pun terlihat bahwa 6,01 persen penduduk laki-laki buta huruf serta 12,85 persen penduduk wanita juga masih buta huruf. Perbedaan ini sedikit mengindikasikan bahwa penduduk laki-laki memiliki kesempatan sekolah yang lebih besar disbanding penduduk perempuan. Rata-rata lama sekolah penduduk di atas 10 tahun Wakatobi telah mencapai 7,2 tahun. Artinya, rata-rata penduduk berhenti di kelas II SMP. Menurut jender, rata-rata lama sekolah lak-laki sebesar 7,84 tahun. Atau rata-rata penduduk di atas 10 tahun berhenti di kelas 2 SMP. Sedangkan rata-rata lama sekolah perempuan sebesar 6,66 tahun. Atau penduduk perempuan rata-rata berhenti di kelas 1 SMP. Perbedaan ini juga sekaligus membenarkan perbedaan kesempatan sekolah antara laki-laki dan perempuan di Wakatobi.
Kegiatan Pramuka di Kabupaten Wakatobi
 
Sebanyak 10,72 penduduk Wakatobi usia 10 tahun ke atas tidak/belum pernah sekolah. Kesadaran penduduk tentang pendidikan terus meningkat ditandai dengan semakin berkurangnya penduduk yang tidak tamat SD diikuti bertambahnya penduduk yang tamat SMA ke atas. Dalam 2 tahun terakhir, persentase penduduk yang tidak tamat SD turun dari 30,03 persen pada tahun 2008, menjadi 26,44 persen di tahun 2009. Demikian pula pada pendidikan tinggi, pada tahun 2008, penduduk yang sudah menamatkan perguruan tinggi mencapai 3,42 persen meningkat menjadi 5,07 persen di tahun 2009. Tingkat Kesakitan terlihat dari seberapa sering dan tenggang waktu penduduk mengalami keluhan kesehatan. Penduduk Wakatobi paling banyak mengalami keluhan panas (31,10%), batuk (26,35%) dan flu (21,45%). Keluhan kesehatan tersebut berhubungan dengan gaya hidup sehat masyarakat. Hasil pantauan Dinas Kesehatan Wakatobi di tahun 2009, rumah yang telah menerapkan pola hidup sehat sebanyak 49,13 persen. Dalam penyembuhan keluhan kesehatan, sebagian besar masyarakat masyarakat memilih puskesmas untuk berobat yaitu mencapai 69,10 persen. Puskesmas tersebar di semua Kecamatan di Wakatobi, sehingga mudah dijangkau oleh masyarakat. Selain itu, Pemerintah Wakatobi menerapkan pengobatan gratis bagi masyarakat. Selain puskesmas, masyarakat juga memilih rumah sakit dan dokter praktik untuk berobat.
 Seni Kasida Rebana Binongko Kabupaten Wakatobi
Anggaran kesehatan tahun 2009 sebesar 34,8 miliar rupiah atau 8,45 persen dari total Belanja Pemda Wakatobi. Sehingga, rata-rata anggaran kesehatan perkapita penduduk Wakatobi mencapai 336 ribu rupiah. Ketersediaan sarana kesehatan menjangkau seluruh desa di Wakatobi. Hingga tahun 2009, sarana kesehatan di Wakatobi meliputi 1 unit rumah sakit, 30 unit puskesmas, 70 unit poskesdes, dan 4 klinik. Pada tahun 2009, rasio dokter sebesar 9,7. Artinya 1 dokter melayani 10.342 pasien. Sedangkan standar nasional, rasio dokter sebesar 40, atau 1 dokter melayani 2.500 pasien. Demikian pula untuk bidan dan perawat, hingga tahun 2009 belum memenuhi target yang ditetapkan pemerintah. Angka persalinan terakhir ditolong tenaga kesehatan terus meningkat dari 41,95 persen di tahun 2007 menjadi 50,18 persen pada tahun 2009. Hal ini menunjukan bahwa tingkat pengetahun penduduk tentang keselamatan ibu dan bayi yang dilahirkan cukup tinggi. Namun demikian, persalinan dibantu dukun bersalin juga frekuensinya masih tinggi mencapai 49,82 persen. Angka harapan hidup diartikan sebagai perkiraan lama hidup rata-rata penduduk dengan asumsi tidak ada perubahan pola mortalitas menurut umur. AHH penduduk Wakatobi telah mencapai 67,95 (tahun) di tahun 2009. Hal ini berarti setiap bayi yang baru lahir diperkirakan mampu mencapai umur 68 tahun. Peningkatan ini secara teori berhubungan dengan membaiknya kondisi social ekonomi, kesehatan, serta lingkungan. Angka kematian bayi diartikan sebagai kematian yang terjadi pada bayi sebelum mencapai usia satu tahun. Pada tahun 2009, AKB sebesar 20 per-1000 kelahiran hidup. Angka ini juga berhubungan lansung keadaan social ekonomi keluarga serta teknologi pengobatan (medical advences). Dibandingkan pula dengan target pemerintah pusat sebesar 40, Wakatobi telah berhasil memenuhinya.
Tari Helamba Kapota Wangsel Kabupaten Wakatobi

Pada tahun 2009, tercatat dari 19,2 ribu pasangan usia subur (PUS), sekitar 13,4 ribu PUS merupakan akseptor aktif KB dan 2,9 ribu (PUS) merupakan akseptor baru KB. Dengan pemberian imunisasi yang lengkap diharapkan seseorang mempunyai imun terhadap penyakit tetanus, polio, campak, hepatitis B. Hasil perhitungan Dinkes Wakatobi, sebanyak 70,90 persen bayi sudah diimunisasi lengkap. Hal ini berarti 3 dari 10 bayi belum memperoleh imunisasi lengkap (Imunisasi BCG, DPT,Polio, Campak, dan imunisasi hepatitis). Salah satu indikasi rumah sehat menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) adalah rumah tinggal yang memiliki luas lantai perkapita minimal 10 m2. Luas lantai minimal per rumah tangga minimal 50 m2 karena rata-rata penduduk per rumah tangga Wakatobi tahun 2009 sebesar 4,2. Pada tahun 2009 masih ada sekitar 30,8 persen rumahtangga dengan luas lantai kurang dari 50 m2. Kualitas rumah tempat tinggal merupakan cermin nyata kesejahteraan penghuninya. Lantai terluas terbuat dari tanah mencirikan rumah tidak sehat. Tiap tahun persentase rumah dengan lantai tanah semakin berkurang, hingga menjadi 3,60 persen di tahun 2009. layak terbuat dari beton, genteng, sirap, seng, dan asbes. Rumah dengan atap layak meningkat dari 86,48 persen di tahun 2008 hingga mencapai 88,79 persendi tahun 2009.


1 komentar:

  1. Harrah's Casino Tulsa - Oyster Hotel Reviews
    Harrah's Cherokee Casino offers over 1,000 slot machines, and 가상 화폐 란 more table games than any other casino in North Carolina. The 스포티비365 casino has 사이트추천 a variety of 장원도메인 slots and table 김뿡 얼굴

    BalasHapus